SEGMENTASI
CITRA
A.
SEGMENTASI
CITRA BERDASARKAN HISTOGRAM
1.
PENGERTIAN
Segmentasi citra adalah
membagi suatu citra menjadi wilayah-wilayah yang homogen berdasarkan kriteria
keserupaan yang tertentu antara tingkat keabuan suatu piksel dengan tingkat
keabuan pikselpiksel tetangganya. Proses
segmentasi memiliki tujuan yang hampir sama dengan proses klasifikasi tidak terpandu.
Segmentasi sering dideskripsikan sebagai proses analogi terhadap proses
pemisahan latar depanlatar belakang.
Contoh untuk
proses segmentasi citra yang digunakan adalah klasterisasi (clustering).
1.1
Segmentasi Citra berdasarkan
Pendekatan Wilayah dan Klasterisasi
Ide utama dalam
teknik segmentasi berdasar wilayah adalah mengidentifikasi beberapa wilayah
dalam suatu citra yang memiliki kesamaan corak. Teknik klasterisasi yang
ditemui dalam literature pengenalan pola memiliki kesamaan objek dan dapat
diterapkan untuk segmentasi citra. Citra dibagi dalam wilayah-wilayah kecil
yang nilai aras keabuannya seragam. Untuk segmentasi citra berdasarkan
klasterisasi akan dibahas lebih rinci pada bagian selanjutnya.
1.2
Teknik Pemetaan Warna (Color
Mapping)
Teknik pemetaan
warna merupakan bagian salah satu teknik segmentasi citra menggunakan metode klasterisasi. Hal ini disebabkan
dalam memetakan warna dari citra masukan akan dikelompokan sesuai dengan
kesamaan-kesamaan warna yang dimiliki. Sehingga tahap-tahap yang akan digunakan
mempunyai kesamaan dengan metode klasterisasi.
1.3 Klasterisasi
Cluster
(klaster)
adalah kesatuan nilai-nilai dalam jarak tertentu pada kepadatan suatu daerah
(relatif besar)
dibandingkan dengan kepadatan nilainilai daerah sekitarnya. Teknik klasterisasi
bermanfaat untuk segmentasi citra dan klasifikasi data yang belum diolah untuk
menciptakan kelas-kelas. Warna diwakili dalam vektor 3 dimensi dari nilai
titiknya. Masing-Masing komponen warna dihadirkan dalam warna merah, hijau dan
biru (RGB). Perlu dicatat bahwa penggunaan penyajian ini, jika dua garis vektor
adalah saling berdekatan, warna akan ditampilkan serupa, rata-rata dari dua
garis vektor,
jika warna yang
akan ditampilkan sangat berbeda, maka akan diambil jalan tengah dengan
menghadirkan suatu warna secara kasar dari warna aslinya. Acuan ini juga ketika
rata-rata berbagai garis vektor RGB. Adapun cara-cara lain yang tidak membatasi
untuk menghadirkan suatu warna dengan garis vektor 3 dimensi. Berikut untuk
detilnya dari penjelasan di atas, bagaimana pilihan penampilan warna mempengaruhi
hasil proses klasterisasi:
1. Langkah
yang pertama adalah menetapkan data set dari algoritma yang akan digunakan (KMeans),
yaitu dengan melakukan pengambilan nilai acak dari k.
2. Kemudian, penampilan RGB dari tiap pixel diciptakan,
dan menghasilkan dataset dalam 3-vektor.
3. Algoritma K-Means diterapkan pada
dataset, menetapkan klasterisasi pusat k. Algoritma KMeans akan
menghadirkan k warna untuk menggambarkan citra tersebut.
4. Tiap-Tiap
piksel citra dikonversi dalam suatu garis vektor RGB, dan ditampilkan
menggunakan rata-rata dari kelompok warna yang dihasilkan.
1.4 Pengambilan Citra
Citra yang diolah adalah citra warna
digital (RGB) 24 bit dengan berkas penyimpanan berekstensi *.bmp.
1.5
Pembangkitan Variable k (klaster) Secara Acak
Citra yang akan dilakukan
segmentasi, pertama-tama ditentukan jumlah k yang akan diinginkan. Penentuan
nilai parameter k (nilai RGB nya) akan dilakukan secara acak. Nilai RGB (Red
Green Blue) dari k akan diacak dari nilai 0 sampai 2. Nilai k acak
tersebut adalah bilangan bulat yang terdiri dari bilangan 0, 1 dan 2. Sehingga
akan dihasilkan nilai k acak yang berbeda maksimal sebanyak 33 atau 27 kombinasi
1.6
Pengukuran Jarak Piksel terhadap k
Pengukuran
jarak yang dilakukan menggunakan rumusan jarak Euclidean. Secara
umum jarak Euclidean adalah jarak antara dua titik yang akan
diukur pada satu, dua, atau tiga dimensi. Berikut adalah posisi
dari dua titik pada 3 dimensi; ( , , ) x y z P p p p ,
( , , ) x y z Q q
q q ,
sehingga jaraknya adalah: ( )2 ( )2 ( z )2 r px qx py qy pz q (3.1)
dengan P adalah nilai data dan Q adalah pusat dari kelompok
data. Jika diterapkan dalam segmentasi citra menggunakan pemetaaan warna indeks
x, y, z menunjukan nilai R, G, B dari kedua piksel yang
akan dihitung.
1.7
Pengelompokan Piksel pada k Sesuai Jarak Terkecil
Pengelompokan piksel ini dilakukan
agar nantinya dalam pemetaan warna yang memiliki jarak terkecil atau kemiripan
warna terbesar dapat benarbenar menjadi satu kelompok. Proses ini merupakan
proses awal dari segmentasi citra yang bertujuan salah satunya untuk
memperjelas batas objek sesuai dengan k yang diinginkan.
1.8
Penentuan k Baru
Hasil dari pengelompokan piksel akan
didapatkan kelompok-kelompok baru sesuai dengan kedekatan nilai piksel kelompok
tersebut terhadap nilai k-nya.
1.9
Pemeriksaan Kondisi k
Nilai piksel k yang baru
tersebut akan dibandingkan dengan nilai piksel yang lama (sebelumnya). Jika
nilai piksel k baru tidak sama dengan k yang lama, maka akan
dilakukan iterasi lagi dan kembali ke proses pembacaan warna piksel, serta akan
dilakukan proses sesuai urutan selanjutnya. Jika nilai piksel k baru
sama dengan nilai piksel k lama, maka proses akan berhenti, dan citra
telah tersegmentasi sesuai dengan jumlah k yang diinginkan di awal
proses.
1.9
Histogram Citra
Pada program ini histogram dibuat
dengan menghitung banyaknya cacah piksel citra. Setelah semua
piksel dianalisis, akan ditentukan nilai cacah maksimum dari semua nilai
data warna.
2.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian yang dibahas adalah
hasil dari program yang telah dirancang dan dibuat untuk melakukan segmentasi
terhadap citra warna berekstensi *.bmp. Pembahasan dilakukan mulai dari
proses segmentasi, analisis, hingga keteranganketerangan yang dihasilkan selama
proses segmentasi citra warna tersebut.
Program yang
telah dibuat dengan Delphi 7 dapat dijalankan dengan langsung membuka folder
program segmentasi dan klik dua kali pada berkas ta.application,
sehingga ditampilkan jendela utama program. Pada Gambar 4.1 ditunjukkan jendela
utama program setelah dilakukan proses segmentasi.
Gambar
di atas Contoh
histogram citra
B.
SEGMENTASI
CITRA BINER
2.
Pengertian
Citra biner (binary
image) adalah citra yang hanya mempunyai dua nilai derajat keabuan: hitam
dan putih. Meskipun saat ini citra berwarna lebih disukai karena memberi kesan
yang lebih kaya daripada citra biner, namun tidak membuat citra biner mati.
Pada beberapa aplikasi citra biner masih tetap dibutuhkan, misalnya citra logo
instansi (yang hanya terdiri atas warna hitam dan putih), citra kode batang (bar
code) yang tertera pada label barang, citra hasil pemindaian dokumen teks,
dan sebagainya.
Proses awal yang dilakukan dalam menganalisis
objek di dalam citra biner adalah segmentasi objek. Proses segmentasi bertujuan
mengelompokkan pixel-pixel objek menjadi wilayah (region)
yang merepresentasikan objek. Ada dua pendekatan yang digunakan dalam
segmentasi objek:
1. Segmentasi
berdasarkan batas wilayah (tepi dari objek). Pixel-pixel tepi
ditelusuri sehingga rangkaian pixel yang menjadi batas (boundary)
antara objekdengan latar belakang
dapat diketahui secara keseluruhan (algoritma boundary following).
2. Segmentasi
ke bentuk-bentuk dasar (misalnya segmentasi huruf menjadi garis-garis vertikal
dan horizontal, segmentasi objek menjadi bentuk lingkaran, elips, dan
sebagainya).
2.1 Segmentasi
berdasarkan batas wilayah.
Pada citra biner, batas antara objek
dengan latar belakang terlihat jelas. Pixel objek berwarna hitam
sedangkan pixel latar belakang berwarna putih. Pertemuan antara pixel
hitam dan putih dimodelkan sebagai segmen garis.
Keuntungan Citra
Biner
- Kebutuhan memori kecil karena nilai derajat keabuan hanya mempunyai representasi 1 bit.
- Waktu pemrosesan lebih cepat dibandingkan dengan citra hitam putih.
2.2
Konversi Citra Hitam Putih ke Citra Biner
Pengkonversian
citra hitam putih (greyscale) menjadi citra biner dilakukan untuk
alasan-alasan sebagai berikut :
- Untuk mengindentifikasi keberadaan objek.
- Untuk lebih memfokuskan pada analisis bentuk morfologi.
- Untuk menampilkan citra pada piranti keluaran yang hanya mempunyai resolusi intensitas satu bit.
Pengkonversian citra hitam putih (greyscale)
menjadi citra biner dilakukan untuk alasan-alasan sebagai berikut :
4. Untuk
menampilkan citra pada piranti keluaran yang hanya mempunyai resolusi
intensitas satu bit.
5. Mengkonversi
citra yg telah ditingkatkan kualitas tepinya (edge enhancement) ke
penggambaran garis-garis tepi.
2.3
Pengambangan
Ø Konversi
dari citra hitam putih ke citra biner dilakukan dengan operasi pengambangan
(thresholding).
Ø Operasi
pengambangan mengelompokkan nilai derajat keabuan setiap pixel ke dalam 2
kelas, hitam dan putih.
Ø Pendekatan
yg digunakan dalam operasi pengambangan adalah pengambangan secara global dan
pengambangan secara lokal.
2.4 Pengambangan secara global (global
image thresholding)
Ø Setiap
pixel di dalam citra dipetakan ke dua nilai, 1 atau 0 dengan fungsi
pengambangan :
![]() |
Dengan : fg (i, j) = Citra hitam putih
fb (i, j = Citra biner
T
= nilai ambang yg dispesifikasi
Ø Dengan
operasi pengambangan tsb, objek dibuat berwarna gelap (1 atau hitam), sedangkan
latar belakang berwarna terang (0 atau putih).
Ø Jika
nilai intensitas objek diketahui dalam selang [T1, T2],
maka kita dapat menggunakan fungsi pengambangan :
![]() |
Ø Pengambangan
secara lokal dilakukan terhadap daerah-daerah di dalam citra, dengan memecah
citra menjadi bagian-bagian kecil, kemudian proses pengambangan dilakukan
secara lokal.
Ø Dengan
pengambangan secara lokal adaptif, secara subjektif citra biner yang dihasilkan
terlihat lebih menyenangkan.
2.5 Penapis Luas
Ø Proses
pengambangan menghasilkan citra biner. Seringkali citra biner yang dihasilkan
mengandung beberapa daerah yang dianggap sebagai gangguan. Biasanya daerah
gangguan itu berukuran kecil. Penapis luas dapat digunakan untuk menghilangkan
daerah gangguan tsb. Dengan cara menyatakan daerah di luar objek dengan 0.
2.6 Pengkodean Citra Biner
Ø Citra
Biner umumnya dikodekan dengan metode Run-length encoding (RLE), yaitu
panjang run, dimulai panjang run 1
Ø Contoh
: Misalkan citra binernya adalah sebagai berikut :
1 1
1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1
0 0
0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
1 1
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1
Hasil pengkodean :
3, 3, 2, 3, 4, 1, 2, 1,
3
0,
4, 13, 1, 4
3, 13, 6
2.7 Segmentasi Citra Biner
Ø Proses
awal yang dilakukan dalam menganalisis objek di dalam citra biner adalah
segmentasi objek.
Ø Proses
segmentasi bertujuan mengelom-pokkan pixel-pixel objek menjadi wilayah (region)
yang merepresentasikan objek.
Ada 2 pendekatan yang
digunakan
1. Segmentasi
berdasarkan batas wilayah (tepi dari objek). Pixel-pixel tepi ditelusuri
sehingga rangkaian pixel yang menjadi batas (boundary) antara objek
dengan latar belakang dapat diketahui secara keseluruhan.
2. Segmentasi
ke bentuk-bentuk dasar.
2.8
Segmentasi berdasarkan batas wilayah.
Ø Pada
citra biner, batas antara objek dengan latar belakang terlihat jelas. Pixel
objek berwarna hitam sedangkan pixel latar belakang berwarna putih.
Ø Pertemuan
antara pixel hitam dan putih dimodelkan sebagai segmen garis.
Ø Penelusuran
batas wilayah dianggap sebagai pembuatan rangkaian keputusan untuk bergerak
lurus, belok kiri atau belok kanan.
Gambar Proses
penelusuran batas wilayah dalam citra biner
2.9
Representasi Wilayah
Ø Wilayah
(region) di dalam citra biner dapat direpresentasikan dalam beberapa
cara. Salah satu cara yang populer adalah representasi wilayah dengan pohon
empatan (quadtree).
Ø Setiap
simpul di dalam pohon empatan merupakan salah satu dari tiga kategori : putih,
hitam, dan abu-abu.
Ø Pohon
empatan diperoleh dengan membagi citra secara rekursif. Wilayah di dalam citra
di bagi menjadi empat upa wilayah yang berukuran sama.
Ø Untuk
setiap upa wilayah, bila pixel-pixel di dalam wilayah tersebut semuanya
hitam atau semuanya putih, maka proses pembagian dihentikan.
Ø Sebaliknya,
bila pixel-pixel di dalam upa wilayah mengandung baik pixel hitam maupun
pixel putih (kategori abu-abu), maka upa wilayah tersebut dibagi lagi menjadi
empat bagian.
Ø Demikian
seterusnya sampai diperoleh upa wilayah yang semua pixel-nya hitam atau
semua pixel-nya putih.
Ø Proses
pembagian tersebut digambarkan dengan pohon empatan.
Ø Dinamakan
pohon empatan karena setiap simpul mempunyai tepat empat anak.
Ø Gambar
berikut memperlihatkan contoh representasi wilayah dengan pohon empatan.
A
|
B
|
C
|
||
E
|
D
|
|||
G
|
H
|
F
|
||
M
|
I
|
J
|
||
K
|
L
|
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusnice blog ...sangat membantu sekali buat saya...
BalasHapus